Tips

WISUDA DAN PENGANGGURAN, MENYONGSONG MASA DEPAN DENGAN KETANGGUHAN

4 months ago

Dilihat 1970 kali

@mynameiskhus

Fenomena ini harus dihadapi dengan kepala dingin dan langkah strategis. Fresh graduate, dihadapkan pada realitas keras dunia kerja. Tidak lagi cukup hanya berbekal ijazah dan prestasi akademik, namun juga dibutuhkan ketangguhan mental, fleksibilitas keterampilan, serta keberanian untuk beradaptasi di tengah perubahan yang cepat. Gelombang digitalisasi, otomatisasi dengan teknologi AI, hingga pergeseran industri menjadi faktor yang tak bisa diabaikan.

Sabtu, 26 April 2025 menjadi momen bersejarah bagi Universitas Amikom Yogyakarta dengan terselenggaranya wisuda periode 94 dan juga berbagai perguruan tinggi lainnya pada bulan yang sama ada prosesi wisuda untuk melepas para lulusan terbaik mereka ke dunia nyata. Di balik sorak sorai dan kebanggaan para wisudawan, terselip tantangan besar yang menanti dengan adanya angka pengangguran di Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi di ASEAN, serta kondisi ekonomi global masih tidak menentu, apa lagi dengan ada perang dagang antar negara raksasa ekonomi dunia.

Fenomena ini harus dihadapi dengan kepala dingin dan langkah strategis. Fresh graduate, dihadapkan pada realitas keras dunia kerja. Tidak lagi cukup hanya berbekal ijazah dan prestasi akademik, namun juga dibutuhkan ketangguhan mental, fleksibilitas keterampilan, serta keberanian untuk beradaptasi di tengah perubahan yang cepat. Gelombang digitalisasi, otomatisasi dengan teknologi AI, hingga pergeseran industri menjadi faktor yang tak bisa diabaikan.

Kondisi ini, sesungguhnya awal dari perjalanan baru sebagai seorang fresh graduade. Dunia tidak lagi menilai seseorang hanya dari gelarnya, melainkan dari nilai tambah yang bisa ia bawa baik kemampuan berpikir kritis, komunikasi efektif, kolaborasi lintas bidang, hingga literasi teknologi. Para wisudawan harus membuka diri terhadap peluang-peluang baru yang mungkin tidak sesuai dengan latar belakang studinya, namun menawarkan ruang untuk tumbuh dan berkontribusi.

Lebih dari itu, situasi ini seharusnya membangkitkan semangat berinovasi dan berwirausaha. Alih-alih hanya bergantung pada ketersediaan lapangan kerja, para lulusan baru diharapkan mampu menciptakan peluang baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain dengan kemampuan wirausahanya. Indonesia membutuhkan lebih banyak agen perubahan yang mampu membawa solusi di tengah ketidakpastian ekonomi, bukan sekadar pencari kerja pasif.

Namun, di sisi lain, pemerintah Indonesia juga perlu melakukan refleksi mendalam. Angka pengangguran yang tinggi mencerminkan ketidakmampuan dalam menciptakan iklim ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan lapangan kerja, terutama untuk generasi muda. Program-program yang ada bukan sekadar menjadi jargon politik. Perguruan tinggi juga harus berbenah secara terukur tidak sekedar meluluskan saja. Kurikulum harus mampu mengikuti kebutuhan pasar kerja yang dinamis. Dunia kampus harus lebih adaptif, memperkuat keterampilan praktis, soft skill, serta membangun jejaring yang nyata dengan dunia industri, agar para lulusan tidak hanya siap di atas kertas, tetapi juga di medan sesungguhnya. Dunia kerja penuh dengan kompetisi dan tantangan tak terduga. Yang membedakan satu orang dengan yang lain adalah ketekunan untuk terus belajar, keberanian untuk bangkit setelah jatuh, dan kesediaan untuk terus berkontribusi, sekecil apa pun itu.

Untuk para seluruh wisudawan khususnya Unversitas Amikom Yogyakarta, selamat melangkah ke dunia nyata. Perjalanan ini mungkin tidak mudah, tetapi justru karena itulah, layak untuk diperjuangkan. Masa depan Anda  bertumpu pada ketangguhan, kreativitas, dan semangat pantang menyerah. Tahun 2025 mungkin bukan tahun termudah untuk memulai karier, tetapi sejarah selalu ditulis oleh mereka yang berani mengambil langkah pertama. Selamat dan sukses, para pejuang baru, dunia menantikan terobosanmu. @mynameiskhus

 

*Sudah diterbitkan oleh koran tribunjogja 28/4/2025